Kuliner Unik di Banyuwangi: Botok Tawon

Nyambung lagi cerita saya tentang sehari di Banyuwangi. Setelah kemarin saya bercerita tentang transportasi terpercaya di Banyuwangi, sekarang saya mau bercerita tentang kuliner unik di Banyuwangi yang sempat saya cicipi: Botok Tawon. Tawon adalah Bahasa Jawa dari lebah, sedangkan botok adalah sejenis makanan yang dibumbui, dibungkus daun pisang lalu dikukus. Jadi botok tawon adalah botok dengan bahan utama lebah.

Botok tawon_urvasu
Penampakan botok tawon

Bagi yang baru pertama kali mendengarnya, mungkin makanan ini akan terdengar aneh, masa lebah dimasak? Buat saya, memakan lebah (lebih tepatnya sarangnya) bukan hal yang asing, karena di Bali ada kuliner yang namanya Lawar Nyawan (sayur dan bumbu yang dicampur dengan sarang lebah). Meskipun demikian, Botok Tawon tetap menjadi makanan yang membuat saya kepo, hehehe.

Botok Tawon di Warung Makan Daerah Mangir

Saya diajak makan siang di daerah mangir oleh Pak Tino. Sebuah rumah makan yang lumayan besar di pinggir jalan. Awalnya saya memesan nasi dengan sayur asam yang merupakan menu utama disana. saya mengambil pepes ikan sebagai tambahan, namun saat saya melihat Pak Tino mengambil botok tawon, jiwa penasaran saya terusik, hehehe.

Saya meminta tambahan botok tawon kepada penjaga warungnya. Awalnya masih merasa khawatir, apakah saya akan bias memakan makanan dengan cita rasa baru ini atau tidak. Setelah mencoba secuil, botok tawon ini ternyata sesuai dengan selera saya.

botok tawon_urvasu
Menu makan siang saya di Banyuwangi

Sebenarnya cukup susah untuk menjelaskan rasa botok tawon ini. rasanya bercampur antara segar, sedikit asam dan sedikit pedas. Rasa manis dari lebahnya terasa cukup kuat namun tidak menutupi rasa bumbu-bumbu lainnya. semuanya campurannya pas, benar-benar menjadi kesatuan rasa yang mantap.

Ngomong-ngomong masalah tekstur, makanan ini memiliki tekstur yang unik banget. Dari tekstur sarang lebah yang agak garing, isinya yang lembut, ditambah dengan tekstur malam lebah yang agak lengket tapi wangi saat dikunyah benar-benar menjadi pengalaman unik saat makan makanan khas Banyuwangi ini.

botok tawon_urvasu
Nikmat hingga suapan terakhir

Saking enaknya, saya sudah lupa berapa kali suap si botok ini masuk ke dalam mulut, tiba tiba saja sudah sisa sesuap saja. Benar-benar nikmatlah makanan khas Banyuwangi ini. Pokoknya bagi Sobat Urvasu yang sedang jalan-jalan di Banyuwangi wajib hukumnya untuk  coba makanan ini.

Sampai jumpa pada cerita berikutnya 🙂

Nasi Krawu Enak di Denpasar

Saya banyak ketemu teman baru di kelas Gapura Digital Google. Salah satunya adalah Pak Arif, yang memperkenalkan saya pada makanan khas Gresik: Nasi Krawu. Pak Arif jualan Nasi Krawu secara online. Awalnya saya bingung, apaan sih Nasi Krawu? Namanya kok asing, rasanya enak gak ya? Ya gitu deh, kalau dengar yang baru-baru tingkat kepo saya langsung naik 2x lipat, hehehe.  Sebelumnya saya tidak pernah tahu ada Nasi Krawu enak di Denpasar, bahkan mendengarnya saja baru kali ini.

Nasi_Krawu_di_Denpasar_Urvasu
Tapilan Nasi Krawu dari atas, lauknya berlimpah

Mengenal Nasi Krawu

Mungkin Sobat Urvasu sama bingungnya dengan saya saat mendengar Nasi Krawu. Nasi Krawu adalah makanan khas dari Gresik. Nasi yang pulen disajikan dengan dua jenis serundeng, manis dan gurih. Selain kedua serundeng ini, Nasi Krawu original isinya adalah daging sapi, semur daging, dan jeroan sapi.  Nasi beserta semua lauk ini dibungkus dengan daun pisang. Tidak lupa nasi dan lauk ini dilengkapi dengan sambal terasi.

Awalnya saya tidak tertarik dengan Nasi Krawu ini, karena menggunakan daging sapi sebagai lauknya. Saya tidak makan daging merah, karenanya semua makanan dengan daging sapi tidak menarik bagi saya. Saat Pak Arif mengenalkan Nasi Krawu yang menggunakan daging ayam, saya langsung tertarik untuk mencobanya.

Baca juga: Sup Kepala Ikan di Pantai Matahari Terbit

Nasi krawu Enak di Denpasar: Ini Jagoan

Saya memesan Nasi Krawu pada Pak Arif untuk makan siang dengan teman-teman. Karena melihat fotonya yang sepertinya kecil jadilah saya pesan lebih, untuk jaga-jaga jika nasinya kurang, hehehehe. Jam makan siang pun datang, saya sudah tidak sabar untuk makan Nasi Krawu ini.

Karena Nasi Krawu dengan nama Ini Jagoan by pak Arif ini sudah dimodifikasi, tampilannya juga sudah dimodif. Nasinya tidak lagi dibungkus dengan daun pisang, tapi dengan kemasan yang lebih praktis. Saat tutupnya dibuka, yang kelihatan adalah lauknya. Serundeng dua rasa dengan dua warna yang cantik, sambal terasi, daging ayam yang bentuknya seperti ayam suir serta jeroan ayam yang dibumbui. Nasinya gak kelihatan lho, ketutup lauk semua.

Mulailah saya  mencicipi nasinya. Luar biasa pulen! Serundeng manis dan gurihnya benar-benar klop rasanya, terutama saat dimakan dengan nasinya yang pulen itu. Tekstur daging ayam suwirnya tidak keras, tidak pula terlalu lembek, jadi pas banget saat dimakan dengan si nasi pulen itu. Yang bikin saya penasaran adalah jeroan ayam yang dibumbui. Saya tidak tahu ini namanya apa, tapi bumbunya tidak terlalu keras. Ada rasa santannya, tapi bumbunya ringan, tidak bikin enek. Racikan makanan ini benar-benar klop, membuat saya tidak berhenti menyuapkan makanan ke dalam mulut.

Nasi_Krawu_enak_i_denpasar_Urvasu
Nasi Krawu kemasan modern, Ini Jagoan

Nah balik lagi tentang porsinya, kemasan yang kelihatan kecil ternyata menipu saya. Satu porsi nasi krawu ini cukup membuat saya kenyang. Ditemani segelas teh panas tawar, makan siang dengan Nasi Krawu kali ini pas buat saya. Oh ya, masih ada satu box nasi yang lebih karena ternyata nasinya sudah membuat kenyang. Akhirnya Nasi Krawunya saya diamkan di pantry dan saya bawa pulang. Saya kira nasinya akan rusak karena sudah lebih dari lima jam dari saat dibawakan oleh Pak Arif. Sampai di rumah saya buka nasinya, dan tadaa… tidak  basi dan rasanya tidak berubah lho!

Tidak hanya rasa dan porsi yang pas, harganya juga pas banget buat saya. Gak cuma itu, Pak Arif mengantarkan Nasi Krawu ini ke tempat saya bekerja tanpa ongkos kirim! Wah benar-benar berkah deh makan siang saya hari ini.

Bagi Sobat Urvasu yang penasaran, atau lagi cari-cari Nasi Krawu enak di Denpasar, boleh kepoin instagramnya Ini Jagoan buat liat Nasi Krawunya. Kalo udah liat jangan lupa coba ya. Makanan enak yang recommended banget. Yang sudah coba jangan lupa ya tulis pendapat kalian tentang Nasi Krawu Enak di Denpasar ini di kolom komentar. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya 🙂

Bolu Batik: Enak dan Cantik

Semua orang pasti punya hal-hal yang disukai, dan saat hal yang disukai tersebut ditemui, pastinya rasanya senang bukan kepalang. Apalagi kalau yang didapat tidak cuma satu, tentunya rasa senangnya berlipat-lipat rasanya seperti origami, hehehe.

Nah itu juga yang terjadi pada saya saat menemukan sebuah sesuatu yang menggabungkan dua hal yang saya sukai: makanan enak dan tekstil. Kalau mikirnya ini adalah tekstil yang enak jika dimakan, imajinasinya sudah agak kejauhan sih, tapi gak menutup kemungkinan bakalan ada yang membuat. Yang sedang saya bahas adalah makanan enak dengan pola tekstil. Yup.. bolu batik adalah bolu yang dibuat dengan pola batik pada permukaannya.

Bertemu Pembuat Bolu Batik

Bolu_batik_Urvasu
Bolu batik motif Parang dari Omah Bolu Batik Bali

Ceritanya saat itu saya ikut pelatihan digital marketing yang diselenggarakan dengan gratis oleh Google. Karena tidur siangnya bablas, jadilah saya telat berangkat dan saat sampai di tempat training kursi sudah hampir terisi semua. Saat clingak-clinguk mencari kursi, saya lihat ada tempat kosong di sebelah seorang ibu yang mengajak anaknya ikut serta. Wiih keren nih masih kecil udah belajar digital marketing 🙂

 Sayapun meminta izin duduk di sebelah Beliau. Kamipun berkenalan. Mba Enik adalah seorang perawat yang sempat bekerja di sebuah rumah sakit ternama di Denpasar. beberapa tahun lalu Beliau memutuskan untuk mengundurkan diri, dan memulai bisnisnya sendiri. ” Saya membuat bolu batik” kata Mba Enik waktu itu. Saya masih belum punya gambaran itu bolu batik seperti apa. “Itu bolu yang kalo dipotong dalemnya kaya batik ya mba?” tanya saya sok tahu.

Mba Enik menjelaskan kalau bolu batik yang dibuatnya adalah bolu dengan motif batik di permukaannya. Hmm… seperti biasa perasaan kepo mulai melanda saya. Mba Enik memperlihatkan instagram account-nya. Jeng-jeng…. sayapun terbengong-bengong melihat foto-foto bolu cantik dengan berbagai motif batik. Keren lho, bolu-bolu itu bisa bermotif seperti kain batik beneran. Karena training sudah hampir dimulai, kamipun menyudahi obrolan tentang bolu batik yang cantik-cantik itu.

Baca juga: Nasi Tahu Sukawati, Makanan Sederhana Tapi Nikmat

Bolu Batik: Rasanya Maknyooos

Bolu Batik_Urvasu
Bolu Batik yang sempuurna, cantik, lembut, dan enak

Mba Enik ternyata harus meninggalkan tempat training karena sudah ditunggu di rumah singgah untuk penderita kanker. Sebelum pergi, Mba Enik menitipkan sebuah bolu gulung dengan motif Batik Parang untuk dibagikan pada para peserta training. Melihat aslinya, bolu batik ternyata lebih indah daripada fotonya. Ditambah lagi dengan packing yang elegan membuat saya tidak tega untuk memotong bolu batik tersebut.

 Saat waktu istirahat, dengan berat hati saya memotong bolunya. Saat mulai dipotong, pisau pemotongnya meluncur dengan sangat mulus ke bagian bawah, pertanda bolunya sangat lembut. Dari awal sudah cantik dan lembut, hanya kurang mencicipi rasanya saja nih. Saat potongan pertama masuk mulut, wah saya langsung mersakan enaknya bolu batik ini.  Rasanya yang tidak terlalu manis dilengakpi dnegan krim yang benar-benar pas mejadikan perpaduan rasa yang susah untuk saya ungkapkan. Ditambah secangkir teh, bolu ini adalah sajian yang benar-benar akan membuat hari bertambah menyenangkan.

Bolu batik ini buat saya just perfect! Cantik tampilannya, lembut teksturnya, dan lezat rasanya. perpaduan sempurna yang memanjakan indera. Tentunya perlu juga skill tinggi untuk membuatnya. Salut deh buat Mba Enik, perawat yang pinter banget bikin kue sempurna.

Oh ya bagi sobat Urvasu yang penasaran, biar gak baca cerita saya aja, boleh nih kepoin instagramnya Omah Bolu Batik Bali. Kalau udah coba, jangan lupa berbagi komen disini ya. sampai jumpa pada postingan selanjutnya 🙂

Jajanan Enak di Pasar Kotagede

Halo Sobat Urvasu, kemarin saat saya liburan ke Jogja, saya menyempatkan diri utnuk berkunjung ke Makam Raja-raja Mataram di Kotagede. Lokasinya berada di belakang Pasar Kotagede. Balik dari makam, saya menyempatkan diri mampir ke pasar dan melihat berbagai barang yang diperjualbelikan disana. Satu yang membuat saya tergoda adalah makanannya. Ada berbagai makanan unik di pasar ini. Berikut adalah beberapa jajanan yang sempat saya cicipi sampai kekenyangan, heheheh.

Es Dawet: Jajanan enak di Pasar Kotagede

Es dawet_Urvasu
Es dawet di pasar Kotagede Yogyakarta

Setelah berjalan-jalan di Makam Raja Mataram, terus terang saya kelaparan dan kehausan karena hanya makan pecel saja di Malioboro tadi pagi. Melewati pasar, es dawet yang dijual di tempat ini membuat perut saya bergemuruh! Cuss, akhirnya saya pesan satu 🙂

Satu yang membuat saya penasaran adalah bagaimana manisnya rasa tape yang menjadi salah satu bahan yang dimasukkan ke dalam es dawet. Bayangkan saja, tape ketan yang dibungkus daun pisang dan di display pada rombong itu dikerubungi lebah madu! Bisa dibayangkan manisnya sodara-sodara…

Jajanan enak di Pasar Kotagede_Urvasu
Tape yang dikerubuti lebah, kebayang manisnya kan?

Es dawetnya luar biasa menyegarkan dan yang membuat saya takjub adalah tidak telalu manis! Gabungan antara rasa penyusun es dawetnya benar-benar pas. Dawet ini adalah jajanan enak di Pasar Kota Gede ini wajib dicoba saat berkunjung ke sentra kerajinan perak ini.

Lego Moro: Hanya ada di Kotagede

Jajanan enak di pasar kotagede
Lego moro, jajanan langka untuk acara pernikahan di Kotagede

Waktu ikutan rebutan belanja lawan ibu-ibu di salah satu warung kue, saya melihat makanan yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Diikat empat-empat dengan tali bambu dan sepintas mirip dengan jajan “klepet bugis” di Bali. Iseng tanya mas yang jualan, katanya namanya Lego Moro, biasanya untuk upacara pernikahan. Lego Moro berasal dari kata “lego” yang berarti lega dan “moro” yang berarti datang. Lega karena sudah datang ke tempat mempelai wanita.  Duh ini jajanan bikin baper, hahaha.

Walaupun makanan ini bikin saya baper, rasanya enak pakai banget! Di dalam bungkusan itu terdapat ketan dengan isian daging ayam di dalamnya. Legit! Seperti lemper, tapi menurut saya jauh lebih enak rasanya. Gak cukup satu deh pokoknya makan ini.

Kipo, Karena yang Makan Kepo

Jajanan enak di Pasar Kotagede_Urvasu
Kipo, rasanya manis gurih bikin ketagihan

Makanan khas selanjutnya yang ada di Kotagede adalah kipo. Makanan manis sebesar jempol orang dewasa ini berwarna hijau dengan bekas-bekas panggangan pada permukaannya. Kulit kipo terbuat dari tepung ketan yang dicampur dengan perasan daun suji dan daun pandan. Isian kipo adalah kelapa parut yang dicampur dengan gula merah. Kipo dibentuk sebesar jempol lalu dipanggang pada wajan tanah liat yang dibalik, makanya ada bekas-bekas panggangan di permukaan kulit kipo.

Dari uraian tadi kebayang kan betapa enaknya si kipo ini. legitnya kulit kipo dari tepung ketan berpadu dengan aroma harum daun pandan dan daun suji. Saat dimakan, wuih, campuran kulit yang legit dengan isian yang super gurih bikin ketagihan! Enak deh pokoknya. Oh ya, nama kipo ini konon berasal dari kata “iki opo” atau “ini apa” dalam Bahasa Jawa. Yah karena sebelumnya belum punya nama, maka dikasi nama kipo aja, berasal dari pertanyaan kepo yang makan kuenya, hehehe.

Baca juga: Segarnya Es Kapal: Nikmatnya Bikin Nagih Lho

Jadah Tempe, Tempe Bacem plus Uli

Jajanan enak di Pasar Kotagede
Jadah tempe: Burgernya Yogyakarta

Saya benar-benar menyangka kalau itu hanya tempe bacem saja yang dibungkus dalam kotak mika. Saya putuskan beli satu karena saya pikir cuma tempe doang. Setelah bungkusan saya buka, eh ternyata isinya ada ulinya dibawah tempe itu. Penasaran banget gimana rasanya itu tempe kalau dimakan sama uli. Selama ini di Bali, saya selalu makan uli dengan tape ketan.

Gurih dari jadah, manis dari tempe bacemnya ternyata membuat perpaduan rasa yang unik lho. Selain rasanya gurih-manis yang gimana gitu, teksturnya juga bikin mau makan terus-terusan. Tekstur kedelenya bercampur dengan lembutnya si jadah benar-benar memanjakan lidah. Menurut teman yang asli Yogya, Jadah tempe ini burgernya Yogyakarta lho. Saya nyesel nih beli cuma satu 😀

Dadar Tahu: Tahu Dalam Bentuk yang Berbeda

Jajanan enak di Pasar Kotagede
Dadar Tahu yang rasanya gurih nikmat

Waktu lihat di warung, saya melihat kue ini dengan setengah hati, soalnya bentuknya agak aneh, hehehe. Bulat gepeng dengan warna yang biasa aja membuat saya meletakkannya kembali ke display. Setelah melihat beberapa ibu-ibu membeli kue ini dalam jumlah yang lumayan banyak, saya malah jadi kepo ini kue kok laris amat ya. Akhirnya saya ambil satu dan masukkan ke dalam tas belanja.

Waktu membayar, saya iseng tanyakan sama yang jual, “ini apa Mas?” Mas nya bilang itu dadar tahu, terbuat dari tahu. “Hmm.. ini tahu kok bentuknya begini,” pikir saya. Pas dicoba ternyata enaak, hehehe. Rasa tahu dengan bumbu berpadu dengan cabe rawitnya, wah enak sekali lho. benar kata pepatah, don’t judge a book by its cover: jangan nilai dadar tahu dari penampilannya 😀

Sebenarnya ada banyak lagi jajanan enak di Kotagede, tapi karena waktu saya yang sangat terbatas waktu itu, jadi saya hanya mencicipi sedapatnya saja. Yuk Sobat Urvasu yang berencana ke Yogyakarta atau sedang liburan di Yogyakarta, jangan lupa berkunjung ke Kotagede dan icip-icip jajanan disana ya.

Balkondes Karanganyar Borobudur: Surga di Kaki Pegunungan

Urvasu_balkondes karanganyar borobudur
Tampak Depan Balkondes Karanganyar Borobudur

Halo Sahabat,

Masih lanjut nih dari perjalanan saya melali ke Jawa Tengah. Saya menyempatkan diri jalan-jalan ke Borobudur, mengunjungi salah satu ikon Indonesia. Selain mengunjungi candi megah warisan budaya ini, saya tidak lupa berkunjung ke Balkondes sekitar Borobudur.

Siapa dari Sahabat yang pernah mendengarkan kata Balkondes? Balkondes adalah kependekan dari Balai Perekonomian Desa. Balkondes adalah program pembinaan yang dilakukan BUMN untuk desa-desa di sekitar Borobudur. Perkenalan saya dengan Balkondes juga sesuatu yang tidak saya sengaja. Awalnya saya mengunjungi pameran Desa Wisata yang diadakan di Ubud. Disana saya masuk stand Balkondes Karanganyar, dan bertemu dengan Ibu Yossy Wulandari, salah satu pengurus Balkondes Karanganyar. Di stand ini saya sempat belajar membuat gerabah dan mencicipi minuman khasnya, Teh Sereh. Sejak saat itulah saya bertekad untuk mengunjungi Balkondes Karanganyar jika saya sempat ke Borobudur.

Dari Borobudur ke Karanganyar: Pemandangan cantik memanjakan mata

Pagi-pagi setelah sampai di Borobudur dan menitipkan barang saya di Dodo Hostel Borobudur, saya bersama teman langsung tancap gas dengan motor sewaan ke Balkondes Karangayar. Berbekal bantuan mbah Google, sayapun menyusuri jalan kecil menuju Balkondes Karanganyar.

Di sepanjang perjalanan, kami melihat banyak perunjuk arah menuju balkondes-balkondes. Beberapa kali kami berhenti karena meragukan petunjuk arah yang diberikan oleh Mbah Google, tapi akhirnya kami lanjut saja sesuai arahan si Mbah. Sampailah kami ke sebuah jalan kecil, dengan pemandangan pegunungan yang cantik.

Urvasu_Balkondes Karanganyar Borobudur_pemandangan
Salah satu pemandangan cantik di jalan menuju Balkondes Karanganyar Borobudur

Saya meminggirkan kendaraan dan meminta teman saya turun. Kami menikmati pemandangan cantik sawah yang membentang dengan pegunungan di latar belakangnya. Langit yang biru dengan awan-awan putih menambah cantiknya pemandangan. Benar-benar memanjakan mata. Kami mengambil foto banyak-banyak untuk mengabadikan sebuah anugrah Tuhan yang emnenangkan jiwa.

Setelah kami puas mengambil foto, kami melanjutkan perjalanan ke Balkondes Karanganyar. Perjalanan kami ini bisa dikatakan lucu, karena setiap melihat hasil pertanian, selalu ada kata wow yang terlontar dari mulut. “Wow.. itu tomatnya banyak banget“. “Wow itu cabe sampe keberatan buah” hahahaha, benar-benar kampungan.

Balkondes Karanganyar Borobudur, Bangunan luas dengan pemandangan cantik

Setelah menyusuri jalan-jalan kecil desa dan bertanya beberapa kali pada penduduk sekitar, kami akhirnya sampai di Balkondes Karanganyar Borobudur.  Awalnya pikiran saya Balkondes bukan tempat yang besar.  Saya tidak menyangka bahwa Balkondes Karanganyar begitu luasnya! Segera setelah memarkir motor sewaan saya memasuki bangunan Balkondes Karanganyar.

Urvasu_Balkondes Karanganyar Borobudur_Sepeda Tua
Sepeda Tua yang dipajang di Beranda Balkondes

Bangunan yang megah dengan display sepeda tua di berandanya langsung bikin saya jatuh cinta dengan tempat ini.  Saya juga sempatkan berkeliling Balkondes dan tertegun dengan pemandangan cantiknya. Pebukitan yang menjulang tinggi di belakang bangunandan hijaunya taman Balkondes membuat saya betah berlama-lama. Tidak ketinggalan juga ada sebuah tempat terbuka dengan patung Semar dan sepasang bapak ibu menambah artistiknya tempat ini.

Di sebelah kanan, ada deretan bangunan homestay yang terlihat sangat nyaman. Sayang nya saya tidak berkesempatan untuk melihat-lihat ke bagian dalamnya. Cantik sekali bangunan homestaynya. Dengan bangunan megah nan cantik dan suasana pegunungan yang menawan hati, tempat ini sangat cocok untuk melepaskan segala kepenatan hidup.

Baca juga: Denpasar Festival 2018: Yuk Main!

Makanan Enak dan Murah

Karena tadi pagi hanya memakan satu roti Maryam saja di Stasiun Tugu, perut saya sudah mulai berontak. Saya bergegas ke dapur Balkondes untuk memesan pisang goreng dan Teh Sereh. Balkondes ini mengelola sentra Gerabah, jadi saya tidak begitu kaget saat si pisang goreng datang dengan dialasi sebuah piring dari tanah liat. Pisang gorengnya enak sekali, diselingi dengan menyeruput teh sereh dan angin sepoi-sepoi membuat saya ingin terus berada disana.

Urvasu_Balkondes Karanganyar Borobudur_pisgor
Pisang Goreng dan Teh Sereh

Setelah Pisang goreng habis, lanjutlah saya pada makan siang. Saya memesan Nasi Goreng Jamur. Untuk minumnya, saya memilih sebuah minuman yang namanya unik, Wedang Asem. Teman saya yang vegetarian memesan omelet dengan cabe yang banyak. sambil menunggu makanan datang, saya berkeliling dan tidak bosan-bosannya mengagumi pemandangan yang ada di depan maupun belakang Balkondes Karanganyar Borobudur ini.

Yup saat si Nasi Goreng Jamur datang, dia pun dialasi dengan sebuah piring Gerabah. Nyam, tidak salah pesan Nasi Goreng Jamur. Jamurnya enak, karena sepertinya dibumbui dulu sebelum dimasukkan ke dalam nasi goreng. Rasa jamurnya tetap terasa meskipun sudah dibumbui. Paduan rasa jamur berbumbu dan nasi gorengnya pas banget. Jos gandos pokoknya.

Urvasu_Balkondes Karanganyar Borobudur_nasgor
Nasi Goreng Jamur dan Wedang Asem

Minuman yang menemani si Nasgor Jamur juga enak. Rasanya segar dan benar-benar bikin nagih. Saya sampai nambah minumnya, hehehe. Perpaduan antara nasi goreng jamur yang gurih banget dengan wedang asem ini benar-benar memuaskan rasa lapar saya. Pokoknya gak nyesel deh saya makan disini. Belum lagi selama makan mata juga dimanjakan dengan pemandangan cantik dan AC alami. Duh benar-benar kenikmatan tiada tara.

Yang tidak kalah pentingnya adalah harganya yang murah lho. Kami makan nasi goreng jamur, omelet, dan pisang goreng ditambah 2 teh sereh, 2 wedang asem, dan 1 teh harga totalnya tidak sampai 50 ribu, padahal porsi makanannya cukup besar. Hehehe, jadi pengen kesana lagi nih.

Setelah makan, saya dan teman saya pamitan pada pengelola Balkondes Karanganyar Borobudur. Kami lanjutkan perjalanan ke Candi borobudur.  Jika sahabat sedang berada di sekitar Candi borobudur, jangan lupa untuk mengunjungi Balkondes Karanganyar ya, dijamin senang lho disana 🙂

 

Segarnya Es Kapal, Nikmatnya Bikin Nagih Lho!

Halo sahabat,

Sekarang saya lanjut lagi nih cerita tentang jalan-jalan saya di Solo. Kalau sebelumnya saya cerita tentang mengunjungi museum Radya Pustaka, sekarang saya mau cerita tentang salah satu kuliner Solo yang saya temui saat berjalan dari Pura Mangkunegaran menuju Taman Sriwedari. Jajanan satu ini benar-benar unik, dari namanya saja sudah bikin kepo: Es Kapal. Rasanya? Luar biasa enak versi saya, hehehehe.

Es Kapal_Urvasu
penampakan si Es Kapal yang seger dan menggoda selera

Es Kapal : Manis Gurih campur jadi satu

Sebelum saya memutuskan untuk mencoba makanan satu ini, awalnya saya sudah melihat sebuah gerobak di dekat museum Keris Nusantara, tapi masih berprasangka bahwa itu adalah es kepal yang lagi hits, jadi saya abaikan saja. Nah, balik dari Monumen Pers, saya merasa kehausan dan kepanasan, tiba-tiba saja gerobak Es Kapal ini jadi sangat menarik, lebih menarik daripada jawaban chat dari gebetan, eh… jadi curhat.. balik aja deh ke Es Kapal Solo bahasannya, hehehe.

Saya mendekati gerobak dan memesan satu, nah langsung deh prasangka saya gugur. Ternyata bukan es kepal, sodara-sodara… ini beneran Es Kapal. Saat saya ditanya sama Pak Haryadi yang jualan, mau pake roti apa tape saya langsung bingung. Ya saya jawab aja “boleh dikasi dua-duanya gak”. Pak Haryadi ketawa dan bilang “Bisa lah Mas. Eh Mas-nya dari mana?” Wah ketahuan nih saya bukan orang lokal.

Menyiapkan Es Kapal_Urvasu
Pak Haryadi sedang menyiapkan segelas Es Kapal

Pak Haryadi dengan cekatan menyiapkan Es Kapal yang saya pesan. Tidak berselang lama, datanglah sebuah gelas dengan isi penuh dan rotinya menyembul keluar dari mulut gelas! Luar biasa! Warna yang coklat dan ada hijau dari tape ketan benar-benar bikin saya pengen langsung nyeruput. Saya cicipi dulu sesendok, dan rasanya benar-benar wow! Rasa coklat yang kental, trus ditambah gurihnya santan, asam-manis dari tape, duh pokoknya enak banget. Saya coba makan dengan roti tawarnya, waah.. saya gak tahu pake kata apa jelasinnya!

Sambil menikmati es unik ini, sayapun ngobrol sama Pak Haryadi. Ternyata bahan pembuatannya juga dari Tape yang dicampur dengan santan.  Roti yang dipakai pun roti tawar yang teksturnya agak keras. Semuanya dapat deh menurut saya. Dari rasanya, manis dari tape, gurih dari santan kelapa, dan rasa roti tawarnya itu, nyatu banget! Selain rasa, tekstur es serut yang krenyes-krenyes dan roti tawar yang agak kasar bikin pengen ngunyahin terus.

Es Kapal Solo, sodaranya Es Kepal

Sambil saya terus ngunyah-ngunyah, saya juga ngoceh-ngoceh nanyain ini itu sama Pak Haryadi. Pertanyaan saya selain bahan pembuatannya juga tentang namanya, Es Kapal. Nama Es Kapal diambil dari bentuk gerobaknya yang ada moncongnya seperti kapal. Hmm.. sepertinya  saya emang dikuasai kehausan tadi, sampai-sampai gak perhatiin gerobaknya yang unik itu.

Gerobak Es Kapal_Urvasu
Gerobak Es Kapal, bagian depannya ada bagian seperti halauan kapal

Sambil iseng saya pun cerita kalau tadinya saya pikir itu adalah es kepal yang lagi hits. Gak tahunya Pak Haryadi punya sebuah cerita yang cukup aneh buat saya. Es Kapal Solo itu ternyata masih sodara sama es kepal yang dari Malaysia. Lho kok bisa ya beda negara tapi sodaraan?

Menurut Pak Haryadi yang meneruskan penjualan es kapal dari ayahnya, dulunya pembuat es kapal juga membuat es kepal. Caranya menyerut es batu kemudian mengepalnya lalu diberikan sirup diatasnya, mirip dengan es kepal yang sedang hits belakangan ini. Tapi seiring perkembangan zaman, penjual es kapal tidak lagi membuat es kepal karena kurang praktis, memerlukan banyak waktu dan tenaga. Kemudian beberapa tenaga kerja dari Solo yang pergi merantau ke Malaysia membuat es kepal disana, dan ternyata jadi booming sampe ke Indonesia. Nah ini cerita menurut Pak Haryadi ya, saya gak tahu kebenaran yang sesungguhnya. Mungkin ada Sahabat yang ahli sejarah makanan mau coba meneliti? Nanti kalau penelitiannya sudah jadi jangan lupa kasi tahu saya ya, 🙂

Es Kapal Solo: Nikmat dan murah

Karena saya hobi ngobrol, jadi saya juga ngobrol sama seorang pembeli yang datang setelah saya. Namanya Mas Sugeng. Eh ternyata Mas Sugeng pernah tinggal di Bali. jadilah kami ngobrol kangin kauh (versi Balinya Ngalor ngidul nih). Gak terasa es kami pun habis dan saya siap-siap melanjutkan melali di Solo. Tentunya saya gak lupa bayar dong. Yang membuat saya kaget adalah, harga Es Kapal sebanyak itu hanya Rp. 5.000. Murah untuk ukuran porsinya yang lumayan besar. Saking kagetnya saya tanyain lagi ke Pak Haryadi, “Itu beneran lima ribu, Pak?” Pak Haryadi ketawa lagi dan mengiyakan. Duh beneran nikmat dari Tuhan buat saya di hari itu.

Nah buat Sahabat yang pas kebetulan main ke Solo, jangan lupa ya nikmati jajanan satu ini. Pak Haryadi jualan di Jalan dr. Supomo, yaitu di jalan di seberang Taman Sri Wedari. Beliau jualan di kanan jalan jika kita dari arah Taman Sriwedari.

Nanti saya akan cerita lagi pengalaman saya makan nasi kucing ala Solo. Sering-sering main ke blog Urvasu ya 🙂

 

 

Nasi Tahu Sukawati, Masakan Sederhana Tapi Nikmat

Nasi Tahu Sukawati-Urvasu
Penampakan Nasi Tahu Sukawati

Halo sahabat,

Beberapa hari yang lalu, saya merencanakan untuk pergi ke Sukawati untuk menyelesaikan sebuah urusan. Awalnya niat saya cuma menyelesaikan urusan tersebut lalu langsung kembali ke Denpasar.  Saya membuat janji, dan bertekad untuk menyelesaikan urusan secepat mungkin. Setelah rencana dibuat, ternyata nasib berkata lain, hehehehe. Dini hari sebelum saya berangkat, tiba-tiba adik saya yang nun jauh disana mengirimkan pesan untuk dibantu dicarikan empat lembar kain Bali yang akan diberikan pada koleganya. Rencana pun akhirnya saya ubah untuk sekalian saja carikan dia kain setelah urusan selesai di Sukawati.  Setelah menerima pesan beberapa menit dari tengah malam itu, saya langsung gak bisa tidur, dan akhirnya buka instagram. Dari sinilah saya akhirnya mencicipi lezatnya nasi tahu Sukawati.

Kepincut Insta Story

Di insta story seorang adik yang tinggal di Sukawati, saya melihat gambar makanan yang sangat sederhana, nasi putih, tahu goreng, kerupuk tahu, dan sayur urab (ini bukan typo ya, di Bali urap disebut dengan urab). Setelah itu, eh ada gambar penjualnya, seorang perempuan usia senja yang meracik dagangannya. Seperti biasa, saat melihat gambar makanan, rasa kepo saya akan muncul dan menuntut untuk dituntaskan (ini agak rancu sih antara kepo sama dendam, tapi begitulah adanya, hehehehe).

Dengan semangat empat lima saya chat sang pengunggah gambar, dan tidak berapa lama kemusian saya sudah dapat nama makanannya: Nasi Tahu Sukawati. Lokasinya ada di Banjar Gelulung dekat pasar seni Sukawati, buka pagi hari dan sebelum jam 12 siang biasanya dagangan sudah habis. Saya dengan tanpa malu-malu minta diantar kesana besoknya. Untung si adik ini baik hati dan sedang tidak sibuk, jadi ia bersedia mengatar saya jam 10 pagi.

Membeli Nasi Tahu Sukawati

Haiz… pagi-pagi jam 9 saya sudah siap berangkat ke Sukawati. Sampai di rumah teman saya, saya langsung masuk ke kamarnya dan minta dia mengantar. Dengan muka yang masih kucel karena baru bangun pagi, diapun mengantar saya ke dagang nasi tahu Sukawati.

Hanya lima menit perjalanan, saya diajak berhenti di pinggir jalan. Ada banyak toko di sepanjang jalan itu, tapi tidak satupun terlihat tanda-tanda penjual nasi. Melihat muka saya yang kebingungan, saya lalu diajak masuk ke sebuah rumah. Alhasil saya tambah bengong, hehehehe.

Penjual Nasi Tahu Sukawati- Urvasu
Penjual Nasi Tahu Sukawati- sudah berumur tapi tetap semangat berjualan

Ternyata penjual nasi tahu Sukawati berjualan di dalam rumahnya! Sebelah kanan dari pintu masuk ada sebuah bangunan dapur tradisional, dan sang penjual menggelar meja tepat di depan dapurnya. Saat saya sampai disana, saya melihat nasi sudah tinggal seperempat sokasi (tempat nasi tradisional bali yang terbuat dari bambu). Syukur nasinya masih, karena kalau saya telat sedikit, mungkin nasi itu sudah habis. Saya memesan nasi untuk dibungkus, dan begitu saya selesai menyebutkan pesanan saya, ternyata di belakang saya sudah ada empat orang yang mengantri! Kebayang kan bagaimana larisnya jualan nenek ini.

Nasi Tahu Sukawati yang bikin meleleh

Nasi tahu Sukwati ini dibungkus dengan daun pisang. Katanya meskipun sudah ada kertas minyak untuk menggantikannya, nenek ini tetap membungkus nasinya dengan daun pisang. Hanya dengan membayar sebesar Rp. 10.000, saya mendapatkan sebuah bungkusan sebesar bola voli. Hal ini sampai membuat saya berpikir apa penjualnya tidak rugi ya, tapi rejeki tidak boleh ditolak kan?

Bungkusan sebesar bola voli itu saya buka dan tada…. nasi putih ditemani beberapa potong tahu goreng, sayur urab, dan kerupuk tahu menantang saya untuk memakannya. Yang spesial dari makanan ini adalah kerupuk tahu dan sambalnya. Sambal ini bukan sambal sembarangan, karena isinya tidak hanya cabai dan konco-konconya, tapi juga ada ketela rambat yang direbus lalu ditumbuk dengan bahan sambal lainnya. Saat disajikan, sambal ini diberi kecap manis yang membuat rasanya tambah nikmat, pedas, gurih, dan sedikit manis.

Kerupuk tahunya juga enak banget. Teksturnya yang sangat renyah, garing, tapi rasa tahunya masih terasa kuat. Entah apa rahasia penjualnya untuk menghasilkan kerupuk tahu yang begitu enaknya. Duh, tiba-tiba liur saya menitik nih saat nulis ini karena terbayang si sambal dan kerupuk tahu.

Dapur tradisional bali- Urvasu
Dapur tradisional penjual Nasi Tahu Sukawati

Selain sambal yang endoss, makanan ini jadi sangat enak karena dibuat dengan cara tradisional. Nasi ditanak dengan dandang aluminium dan kususan bambu diatas tungku. Setelah nasi matang, dimasukkan ke dalam wadah dari bambu. Aroma nasi yang tercipta dari cara memasak ini benar benar menggugah selera. Semua makanan ini dimasak diatas tungku kayu bakar. Tidak hanya rasanya saja, tapi aromanya juga merangsang rasa lapar.

Paduan nasi, tahu, kerupuk tahu, sambal, ditambah dengan sayur urab yang luar biasa segar menjadikan makanan ini enak banget banget bagi saya. Meskipun saya bukan pecinta makanan pedas, paduan sambal, sayur, dan tahu serta krupuk tahu dari nasi tahu Sukawati ini berhasil mengkordinir tangan saya untuk terus menyuapkan makanan ini ke dalam mulut saya. Makanan yang sangat sederhana ini benar-benar nikmat yang tidak bisa diingkari!

Setelah menulis ini, rasanya saya akan segera kembali ke Sukawati minggu depan untuk kembali menikmati Nasi tahu Sukawati yang sederhana tapi enaknya sampai ke ubun-ubun. Enak itu ternyata tidak harus mewah ya.

Baca juga: Tipat Ayam Warung Jerman

Tipat Ayam Warung Jerman

tipat ayam warung jerman-urvasu
Tipat ayam Warung Jerman

Halo sahabat,

Hari ini saya akan berbagi cerita atau mungkin lebih tepatnya ulasan tentang salah satu makanan khas Bali. Seminggu yang lalu, saya sempat diajak oleh teman kerja untuk menikmati makan pagi yang agak kesiangan di sebuah warung bilangan Renon, Denpasar.

Warung Jerman namanya, adalah sebuah warung yang menjual makanan khas Bali, yakni Nasi Ayam. Mungkin banyak yang bertanya nih, namanya Jerman kenapa yang dijual makanan Bali. Ternyata jerman adalah kependekan dari Jeruk Manis, bukan negara yang ada di eropa itu ya, hehehehe. Selain nasi ayam, ada satu menu yang belum pernah saya coba, Tipat Ayam Warung Jerman. Berhubung pada acara makan hari itu saya sedang tidak ingin makan nasi maka saya pilih menu Tipat Ayam. Mungkin bagi sahabat yang tinggal di luar Bali agak asing mendengar kata Tipat ya. Tipat adalah bahasa Bali untuk Ketupat.

Tipat ayam Warung Jerman

Saat tipatnya datang, isinya cukup banyak lho. Lauknya bisa dibilang komplit, persis seperti nasi ayamnya, bedanya hanya terletak pada nasi yang diganti dengan tipat.  Sesuai nama dan spesialisasi warung ini, lauk utama yang ada di dalam menu adalah ayam, yup, berbagai jenis olahan ayam.

Ayam sisit (suir) dengan sambel matah adalah yang paling menarik perhatian saya. Sebagai orang Bali, saya hampir setiap hari dapat menikmati olahan seperti ini, penjualnya ada di mana-mana. Yang menarik dari ayam sisit sambel matah disini adalah ayamnya dipanggang dulu baru disisit. Kebayang kan rasanya sambel matah yang segar berpadu dengan ayam sisit yang memberikan sensasi wanginya ayam pangang. Pokoknya lauk ini juara buat saya.

Lauk lain yang tidak kalah nikmat adalah sate lilit. Ada yang sudah pernah makan sate lilit? Sate ini adalah sate lilit yang dibuat dengan cara melilitkan adonan pada sebuah batang yang terbuat dari bambu yang bentuknya pipih. Sate disini sangat nikmat, dan yang paling membuat penasaran adalah teksturnya yang luar biasa lembut! Biasanya sate lilit akan terasa agak sedikit kasar teksturnya.

Ayam kuah di Tipat Ayam Warung Jerman

ayam kuah-urvasu

Yang tidak kalah nikmatnya adalah ayam kuah yang mendampingi tipat ayam yang saya beli. Untuk ukuran gerangasem ayam kuah ini bumbunya terlalu lembut, tapi kalau dibilang sop, rasa bumbunya lumayan keras, jadi daripada bingung saya sebut saja ayam kuah, hehehehe.

Kenapa masakan yang satu ini juara buat saya? Karena itu tadi, bumbu rempahnya tidak terlalu keras, ditambah lagi taburan bawang goreng yang endosss! Duh, rasanya nikmat sekali saat kuah ayam ini menyentuh lidah lalu masuk ke tenggorokan.

Benar-benar makan pagi kesiangan (bahasa bekennya Brunch) yang nikmat. Yang tidak kalah nikmatnya adalah makan ini dibayarin oleh rekan kerja saya, heheheh. Sebuah nikmat tiada tara anugerah Tuhan buat saya di Sabtu pagi itu.