Pulau Bali Temuan yang Menakjubkan: Review Saya

Bulan lalu, salah satu hal yang saya lakukan adalah membaca kembali beberapa buku yang pernah saya beli beberapa tahun yang lalu. Setelah membongkar-bongkar box penyimpanan, akhirnya saya mengambil sebuah buku yang merupakan terjemahan dari sebuah tulisan yang paling komperenshif tentang Bali sekitar 90 tahun yang lalu. Bukunya berjudul “Pulau Bali Temuan yang Menakjubkan”. Buku ini merupakan sebuah terjemahan dari buku karangan Miguel Covarubias, seorang seniman sekaligus etnologist multitalenta yang menghabiskan begitu banyak waktu dan tenaganya untuk menulis sebuah buku bertajuk “The Island Of Bali”. Saya pernah membaca buku aslinya yang ditulis dalam Bahasa Inggris beberapa tahun yang lalu. Karena tertariknya saya pada buku ini, saya jadi begitu bersemangat saat menemukan terjemahannya. Mungkin dengan membacanya dalam Bahasa Indonesia akan membuat saya memahami banyak hal yang masih membingungkan saya saat membaca versi aslinya. Ternyata buku ini tidak dapat menjawab semua pertanyaan saya. Malah, beberapa hal membuat saya sedikit kecewa.

Buku yang saya beli adalah terbitan Udayana University Press tahun 2013. Buku ini diterjemahkan oleh Sunaryo Basuki KS. Penerjemah yang sangat mumpuni, dan merupakan sebuah karya yang dikerjakan dengan banyak kerja keras untuk menerjemahkan naskah yang berumur hampir seratus tahun. Terjemahan beliau tentunya sudah dapat dipastikan sangat bagus. Gaya bahasa Covarubias yang bisa dibilang cukup memusingkan pada naskah aslinya dapat diterjemahkan dengan sangat baik. Namun bukan terjemahan yang membuat saya sedikit kecewa terhadap buku ini, melainkan ke penyelasaran dan banyaknya typo pada edisi yang saya miliki.

Pada Bab I saja saya sudah merasa cukup gregetan dengan beberapa typo dan ada tanda baca yang menjauh dari kata yang diikutinya, seperti sedang menerapkan pencegahan covid, hehehe. Saya pikir hanya akan berakhir disana, ternyata buku ini lumayan konsisten dengan adanya typo. Padahal, untuk ukuran buku seperti ini dan melalui tahap edit yang berkali-kali, seharusnya tidak terjadi kesalahan tulis yang ada di tiap bab nya. Tentu saja to err is human, tapi untuk ukuran buku yang dipublikasikan ke khalayak luas, typo konsisten sepertinya hal yang bisa dihindari. Ada banyak spasi yang lebih atau malah kurang membuat proses membaca kurang menyenangkan, karena saya malah jadi gregetan igin menambahkan atau mengurangi spasi yang seharusnya. Nah saya juga menemukan sebuah pargraf yang diawali dengan garis miring (\), bikin saya pengen ngambil penghapus buat ngilangin tanda itu, hehehe. Ada juga huruf yang hilang dari sebuah kata. Memang sih kita bisa mengerti maksudnya meskipun ada huruf yang hilang, tapi tetap saja hal itu bikin gemas, apalagi jika menemukannya berkali-kali.

Urvasu_Pulau Bali Temuan yang Menakjubkan
Buku “Pulau Bali Temuan yang Menakjubkan” terbitan Udayana University Press

Selain typo dan tanda baca yang konsisten bermasalah dari bab ke bab, yang menurut saya harus ditingkatkan adalah pemberian tambahan penjelasan dari editor pada beberapa istilah yang perlu diberikan tambahan penjelasan. Misalnya saja ada tulisan mengenai perayaan di desa. “… orang-orang akan berbaris dalam mengusung piramida [gebogan, ed] yang terdiri atas buah-buahan…”. meskipun piramida yang dimaksud sudah diberikan penjelasan, saya rasa editor harusnya bisa memberikan penjelasan tambahan lagi, entah di bagian akhir bab atau menyelipkan catatan kaki editor yang dibedakan dari catatan kaki penulis. Buat saya piramida adalah sebuah bentuk limas, dan saya tidak pernah melihat sekalipun gebogan dalam bentuk limas. Bagaimana seandainya pembaca adalah seorang yang tidak berasal dari Bali yang tidak akrab dengan gebogan? Tentu saja pembaca akan tambah bingung bukan?

Ada dua kata yang sering sekali muncul, dan terus terang saya sempat bingung lumayan lama mengenai artinya. “Daun emas” muncul berkali-kali dalam buku ini hingga akhirnya saya paham apa maksudnya mungkin setelah membaca kata itu yang ketiga atau keempat kalinya. Daun emas yang dimaksud adalah lembaran tipis emas yang digunakan untuk membuat pola hiasan pada kain atau bangunan, Terus terang, saya mengira daun emas ini adalah daun yang berwarna emas, hehehe.

Nama-nama Lain dalam Buku Pulau Bali Temuan Yang Menakjubkan

Selain nama-nama yang dijelaskan secara rinci, ada juga nama-nama yang dituliskan hanya sepintas lalu oleh Covarubias. Nama-nama ini tentunya orang yang cukup berpengaruh dalam dunia etnografi ataupun dunia seni. Sayangnnya nama-nama yang dituliskan sepintas lalu ini tidak diberikan penjelasan lagi oleh editor, hingga menimbulkan pertanyaan yang menggantung bagi pembaca. Misalnya saja di halaman yang sama dengan penyebutan “piramida” ada nama Diaghilev yang disebutkan. Mungkin bagi orang pada masa itu, Diaghilev adalah tokoh terkenal dan diketahui secara luas oleh orang barat. Setelah hampir sembilan puluh tahun, nama ini mungkin tidak lagi dikenal oleh orang-orang, apalagi di timur. Setidaknya editor dapat menuliskan sedikit saja petunjuk mengenai nama tersebut, sehingga pembaca tidak bingung. Untuk saya yang lumayan kepo, nama ini malah menjadi pertanyaan yang menggantung dan membuat saya tidak tenang untuk melanjutkan mambaca ke bab selanjutnya. Semakin ke belakang, ada nama-nama lain lagi yang disebutkan sepintas, membuat pembaca semakin kepo, siapa sebenarnya orang yang disebutkan dalam buku itu.

Saya sangat salut dengan usaha keras untuk menjadikan buku The Island of Bali menjadi bisa diakses oleh siapa saja, terutama bagi merkea yang tidak bisa berbahasa Inggris. Sayangnya, buku Bahasa Indonesia ini kurang apik jika dilihat dari segi kerapian bacaan. Selain itu, penyunting sebenarnya bisa lebih banyak memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, terutama pembaca-pembaca yang tidak terlalu akrab dengan adat Bali dan ingin belajar adat dan budaya Bali melalui buku ini. Selain itu, umur naskah yang sekarang hampir seratus tahun memerlukan banyak penjelasan untuk bisa dipahami oleh pembaca sekarang. Semoga hal-hal yang dapat diperbaiki segera seperti kesalahan penulisan, tanda baca, dapat segera diperbaiki pada edisi selanjutnya.