Telemarketing Hotel

Halo sobat, setelah lama gak nulis, akhirnya saya menemukan lagi mood dan kondisi yang mendukung untuk berbagi cerita. Sebelum saya mulai cerita saya tentang telemarketing hotel, saya mau cerita dulu mengapa saya buat halaman corat-coret.

Kemarin saat saya makan siang dengan seorang teman dia menyarankan saya untuk menuliskan cerita yang ringan-ringan saja tentang pengalaman-pengalaman unik saya. Gak perlu cerita yang panjang dan padat, cukup cerita ringan yang bisa dibaca dalam beberapa menit saja. Hmm… menarik sepertinya idenya. Jadilah semalam saya berpikir keras  sambil tiduran mau dibuat dalam kategori apa. Lalu muncullah ide membuat halaman corat-coret ini.

Eh jadi ngelantur gak sesuai judul ya. yuk sekarang kita mulai aja tentang cerita saya dengan telemarketing hotel 🙂

Telepon dari Telemarketing Hotel

Telemarketing hotel
Telemarketing hotel, gambar hanya sebagai pemanis 🙂  sumber: freepix

Ceritanya saat itu saya lagi mencari inspirasi untuk membuat artikel wisata. Saat sedang seriusnya berpikir, tiba-tiba telepon berdering. Hmm, sebenarnya saya males banget dengan telepon masuk, saya lebih suka berkomunikasi melalui chat. Tapi karena saya pikir ini mungkin terkait pekerjaan, jadi deh saya angkat teleponnya.

“Selamat pagi, benar dengan Bapak (nyebutin nama lengkap saya)”. Duh, telemarketing nih.. paling nawarin asuransi pikir saya waktu itu. “Benar Mba” jawab saya susah payah menghindari penggunaan kata iya (konon katanya kalau kita bilang iya saat menjawab telepon dari telemarketing kita dianggap setuju untuk mengambil hal yang ditwarkan).

Mbak telemarketing hotel ini kemudian memperkenalkan dirinya, lalu mengundang saya untuk ikut pertemuan gratis di salah satu hotel bintang lima di Kuta. Setelah si mba ini menjelaskan sampailah dia pada pembicaraan selanjutnya mengenai teknis meeting di hotel tersebut. Mba telemarketing ini lalu menyampaikan ” Pak nanti datang sama istrinya ya, karena ini programnya khusus buat yang sudah berkeluarga ya”

Sampai disini Mba telemarkerting hotel ini berbicara langsung deh saya jawab “Mba, sebenernya saya tertarik sih sama tawarannya, tapi sayang banget nih saya gak bisa dateng sama istri”

“Kenapa Pak” si mba nya lanjut bertanya.

“Istri saya gak ada mba, saya belom nikah” jawab saya sambil ketawa. Tak diduga si mba melanjutnya pertanyaannya, ” Oh Bapak belom nikah ya? emang usianya berapa?”. Denger pertanyaan ini sebenernya saya geli bercampur kesel juga, apa coba pentingnya dia tahu usia saya? Kepo amat sih lu mba.  Saya jawab aja ” Saya lahir tahun 80-an mba”.

Mba telemarketing hotel ini trus jawab ” Oh jadi sekitar 30 tahunan masih muda ya, pantesan belum nikah. Kenapa belum nikah” Duh, mba nya sopan ya. Coba mba disini, mbak nya bakalan liat saya lagi ngasah golok, hahahaha. Saya jawab deh sekenanya “Ia mba, saya masih muda. BTW makasi ya atas undangannya, saya gak join dulu” Si mba nya mau lanjut lagi ngomongnya, saya bilang aja, “Maaf mba, saya tutup dulu telponnya ya, kucing saya beranak” sambil nutup telepon.

Baca juga : Pekak Ketut Rida: Sastrawan Bahasa Bali peraih Rancage

Setelah ditelepon telemarketing hotel

Pengalaman ditelpon mba telemarketing hotel ini sebenarnya lucu buat saya. Menurut saya sih agak berlebihan kenapa si mba telemarketing ini nanya usia setelah saya bilang belum menikah? Toh juga sebenarnya usahanya sudah gak usah dilanjutin lagi karena saya tidak bisa memenuhi syarat utamanya. Tidak semua orang nyaman ditanyai tentang hal-hal pribadi, apalagi dengan orang yang tidak dikenal kan? Yang begini bikin saya malas berurusan dengan telemarketing, meskipun ada banyak telemarketing yang tetap sopan dan gak kepo.

Pesen buat mba telemarketing hotel : kalo yang diprospek bilang gak join karena belom atau gak nikah jangan lanjut lagi kepo nanyain  hal lain yang bersifat pribadi. Nanti yang diajak ngomong ngasah golok dan tiba-tiba jadi bidan untuk kucing beranak lho 😀