Kali ini saya mau berbagi tentang pakaian adat. Tentunya saya sebagai orang Bali akan berbicara mengenai Pakaian Adat Bali. Yup, pakaian adat Bali yang begitu banyak macam jenisnya sudah diatur oleh Pemerintah Provinsi Bali mengenai penggunaannya. Ada Peraturan Gubernur Bali nomor 79 tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Pakaian Adat. Salah satu tujuan dibuatnya peraturan ini adalah untuk mewujudkan peran serta masyarakat dalam upaya perlindungan, pembinaan, pengembangan, dan pemanfaatan Busana Adat Bali.
Pakaian Adat Bali, secara umum dibagi menjadi tiga bagian atau dikenal dengan Tri Angga yakni Dewa Angga (dari leher ke atas), kemudian Manusa Angga (dari pusar hingga leher), dan Bhuta Angga, dari pusar hingga kaki. Semua pembagian ini memiliki filosofinya sendiri. Sedangkan jenis pakaian adat ini dibagi jadi Payas Agung, Payas madya, dan payas alit. Yang terakhir ini sering disebut dengan Pakaian Adat Ringan. Semua bagian dari pakaian adat ini ada filosofinya sendiri. Lipatan kain, letak simpul pada selendang, hingga tinggi ujung kain dari telapak kaki punya makna tersendiri. Secara umum, makna yang dikandung oleh semua aturan ini adalah selalu berjalan di jalan yang benar dan melakukan pengendalian diri. Untuk jelasnya, boleh lihat di postingan Cakepane ini.
Berbusana Pakaian Adat Bali: Benarkah Sudah Menjaganya dengan Baik?
Postingan saya kali ini tidak cuma melulu ingin mengenalkan Pakaian Adat Bali pada sobat Urvasu. Saya menulis postingan ini karena ada rasa geram atas kecenderungan perilaku yang tidak pantas saat menggunakan Pakaian Adat Bali. Oh ya, sebelum saya lanjut cerita, saya cuma mau tegaskan bahwa saya bukan seorang polisi moral yang akan mengurus moral orang lain, atau orang nyinyir yang suka komentar dan sewot pada orang lain. Saya cuma gak tahan aja liat orang berpakaian adat Bali tapi perilakunya tidak sesuai dengan apa yang dipakai.
Tadi sore, saya membuka Instagram. Saya tidak begitu sering melihat postingan-postingan di Instagram, tapi yang saya temukan tadi sore membuat saya kesal dan geram menjadi satu. Coba tebak apa yang saya temukan? Postingan seorang gadis cantik berpakaian adat. Lho? Kenapa gak suka liat gadis berpakaian adat, mungkin begitu di pikiran sobat Urvasu. Yang tidak saya suka bukan orangnya, toh juga saya gak kenal. Bukan juga pakaian adatnya. Yang saya tidak suka adalah posenya! Pose yang memamerkan lekuk tubuh, rambut digerai, dengan kaki diangkat sedikit, sehingga memperlihatkan kaki dan lututnya. Kali ini saya beneran ingin mengumpat. What the h***!!! Berpakaian adat Bali, tapi pose seperti itu. Buat saya ini sudah merupakan tindakan tidak hormat.
Tidak hanya satu. Ada beberapa postingan sejenis yang saya temukan. Berpakaian dengan kebaya yang dimodifikasi, dengan belahan amat sangat rendah memperlihatkan belahan payudara. Ada lagi yang twerking dengan Pakaian Adat Bali. Belum lagi sepasang muda-mudi yang sempat viral di twitter beberapa waktu yang lalu, berpakaian adat tapi terjadi “wardrobe malfunction” sampai bagian pribadi si cowok terekspose.
Sudahkah kita menghargai pakaian adat kita?
Saya buat postingan ini hanya untuk “ngaturang jagra pawungu”, mengingatkan teman-teman saya yang kebetulan berpakaian adat Bali dan mengunggah fotonya di media sosial bahwa saat berpakaian adat, kita harus ingat filosofinya dan mengamalkannya. Saya ingat sekali nenek saya selalu bilang “melahang metakeh“, atau baik-baiklah berprilaku. Ada “tetikes“, bahasa tubuh, yang harus dijaga selama berpakaian Adat Bali. Saat menggunakan pakaian adat Bali, ada seperangkat perilaku yang melekat padanya.
Sudahkah kita melakukan itu? Sudahkah kita menghargai pakaian adat kita sendiri? Apakah pantas saat menggnakan pakaian adat malah memamerkan bagian tubuh yang seharusnya ditutupi? Bajang jegeg yang memamerkan kaki dan lututnya saat menggunakan pakaian adat Bali adalah seorang pengguna Instagram dengan follower ribuan. Sebagai “selebgram” tentu saja tujuannya adalah mendapatkan like, comments, share, dan followers. Dengan bertambahanya interaksi di postingan dan akunnya, pasti banyak yang mau paid promote atau endorse. Tentunya tujuan ini tidak salah, selebgram memang tujuannya untuk mencari pendapatan dari akun instagramnya.
Tapi coba deh dipikir, pantaskah pakaian adat digunakan untuk mendapat interaksi di akun instagram dengan cara seperti itu? Target interaksi mungkin tercapai, tapi buat saya, itu perlakuan tidak hormat pada pakaian adat Bali. Juga yang melakukan twerking dengan pakaian adat Bali, itu juga perlakuan yang tidak pantas pada pakaian adat kita, salah satu identitas kita. Yang parahnya lagi (ya ampun ini saya pengen misuh lagi jadinya), beberapa postingan itu dibagikan kembali (repost) oleh akun-akun besar yang followernya ribuan, yang biasanya sangat getol bicara Bali. Bli mbok mimin, tolong perhatikan repostnya, biar omongannya yang sering bawa-bawa Bali beneran bawa dampak yang baik soal Bali, jangan malah promote yang begini-begini.
Please, jaga dong perilaku saat berpakaian adat. Jangan pamerkan hal yang harusnya ditutup, jangan berpose yang berlebihan saat berpakaian adat, dan jangan upload perilaku yang tidak pantas saat berpakaian adat. Jika bukan pemakainya yang menghargai pakaian yang dipakai lalu siapa? Selain bahasa, pakaian juga menunjukkan bangsa. Apalagi saat dibawa ke ranah publik, yang memakai pakaian adat Bali akan menjadi wajah Bali di mata publik.
Jika suatu hari nanti ada komentar miring mengenai Bali karena orang yang menggunakan pakaian adat Bali dengan tidak sepantasnya, saat itu sudah terlambat untuk bersikap reaktif dan defensif. Mulai sekarang saatnya kita instrospeksi, nyiksik bulu, melihat ke dalam, adakah yang salah? Jika ada, mari sama-sama kita perbaiki.
Yuk kita bersikap yang pantas saat berpakaian adat kita. Tidak ada salahnya kok pakai pakaian adat lalu diunggah ke media sosial selama perilakunya pantas. Itu akan jadi hal yang positif malah akan jadi kebanggaan. Coba deh lihat foto yang saya pajang. Mba Happy Salma dengan keluarganya menggunakan pakaian adat Bali sesuai dengan kaidahnya, bikin adem dan bangga kan lihatnya.
Saat perilaku tidak pantas saat berpakaian adat, itu malah jadi melecehkan Bali, yang sayangnya dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di Bali. Ayo sayangi Bali dengan menjaganya dengan baik, tidak hanya lewat ucapan, tapi juga dengan perilaku yang baik.
PS. Yang bilang no picture is hoax, saya cuma gak mau ngumbar hal yang menurut saya tidak pantas disebarkan di postingan saya. Juga gak mau bikin akun instagram itu tambah rame. Penasaran? Cari saja sendiri 😛